Rabu, 12 November 2014

Tipe-Tipe Busi dilihat dari elektrode

Terdapat beberapa macam tipe busi, diantaranya:
  • Busi Tipe Standar (Standard Type)
Busi dengan ujung elektroda tengah saja yang menonjol keluar dari diameter rumah yang berulir (threaded section) disebut busi standar. Ujung insulator (nose insulator) tetap berada di dalamnya (tidak menonjol). Tipe busi ini biasa-nya cocok untuk mesin-mesin dengan tahun pembuatan lebih tua.
  • Busi Tipe Resistor (Resistor Type)
Busi dengan tipe resistor merupakan busi yang dibagian dalam elektroda tengah dekat daerah loncatan api dipasangkan (disisipkan) sebuah resistor (sekitar 5 kilo ohm). Tujuan pemasangan resistor tersebut adalah untuk memperlemah gelombang-gelombang elektromagnet yang ditimbulkan oleh loncatan pengapian, sehingga bisa mengurangi gangguan (interferensi) radio dan peralatan telekomunikasi yang dipasang disekitarnya maupun yang dipasang pada mobil lain.
  • Busi dengan Elektroda yang Menonjol (Projected Nose Type)
    Busi dengan elektroda yang menonjol maksudnya adalah busi dengan ujung elektroda tengah dan ujung insulator sama-sama menonjol keluar. Suhu elektroda akan lebih cepat naik dibanding tipe busi standar karena busi tipe ini menonjol ke ruang bakar, sehingga dapat membantu menjaga busi tetap bersih.
    Selain itu, pada putaran mesin yang tinggi, efek pendinginan yang datang dari campuran bahan bakar (bensin) dan udara akan meningkat, sehingga dapat juga membantu menjaga busi beroperasi dalam suhu kerjanya. Hal ini akan mempunyai kecenderungan mengurangi pre-ignition. Busi tipe ini cocok untuk mesin-mesin modern namun tertentu saja. Oleh karena itu, hindari penggunaan busi tipe ini pada mesin yang tidak direkomendasikan karena dapat menyebabkan gangguan pada katup maupun piston serta kerusakan mesin.




    • Busi dengan Pengeluaran Percikan dari Dua Sisi atau ke Body (Semi-Surface Discharge Plugs)

    Busi tipe ini dirancang agar lintasan percikan bunga api yang terjadi melompat ke sisi elektroda atau langsung ke body. Hal ini akan membantu menjaga busi tetap bersih karena percikannya efektif mampu membakar setiap deposit (endapan) karbon. Dengan menggunakan elektroda negatif yang berada di sisi bisa membantu membakar campuran bensin dan udara lebih sempurna karena ujung elektroda tengah tidak tertutup elektroda negatif tersebut.




    • Kemampuan pengapian yang telah dijelaskan juga berlaku untuk busi dengan ujung elektroda platinum. Ujung elektroda tengah dan elektroda masa dilapisi dengan lapisan platinum untuk
      memperpanjang umur busi. Tipe busi ini sudah beredar dan sering digunakan meskipun harganya lebih mahal.
      Perbedaannya dengan busi biasa yaitu sebagai berikut:
      1) Untuk menyempurnakan kemampuan pengapian, maka diameter elektroda tengahnya diperkecil sampai 1,1 mm (busi biasa diameter elektrodanya 2,5 mm), dan celah elektroda busi dengan platinum adalah 1,1 mm.
      2) Ujung elektroda dilapisi dengan platinum untuk mengurangi keausan elektroda, hal ini membuat waktu pemeriksaan dan penyetelan celah elektroda menjadi semakin lama, sampai 100.000 km.
      3) Lebar bidang rata bagian segi enamnya diperkecil dari 20,6 mm pada busi biasa, menjadi 16 mm (busi platinum) dengan tujuan untuk mengurangi berat dan ukurannya serta meningkatkan pendinginan busi.
      4) Untuk mempermudah membedakan busi ini dengan busi biasa tanpa membukanya dari mesin, maka busi platinum biasanya ditandai dengan 3 - 5 garis biru tua atau merah mengelilingi insulatornya.
      referensi
    • https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhtbFEIWzFKZClINo2bUSrGwwehC1VGqnufLKN-caOK3ALJzf-ORytm_FLtJq3jQr27mnIwSMKwvD1MXH1RqL_V7mOsvpPDCTBlkyvWpH5WKhjLDHhmAxFzfbIxkcczJDO1317naY5EusqI/s1600/busi+platinum.png

Kopling

Kopling ditempatkan antara rangkaian penggerak pada mesin dan transmisi, menghubungkan dan melepaskan tenaga yang dihasilkan mesin ke transmisi ketika berjalan, berhenti dan memindahkan gigi. Kopling biasanya digabungkan dengan reduksi pertama/ primer.











  • Putaran mesin harus dipisahkan dengan alasan agar torsi di putaran rendah menjadi besar sehingga roda belakang akan lebih mudah berputar.
  • Kopling dibutuhkan untuk melepaskan putaran mesin ke transmisi sampai putaran mesin sampai pada batas tertentu, setelah itu kopling secara perlahan menghubungkannya ke transmisi sehingga motor dapat berjalan dengan halus dan dapat memindahkan gigi tanpa sentakan.
Tipe-tipe Kopling

  • Kopling Tipe Piringan
Konstruksi kopling terjadi dari berbagai plat gesek yang berputar untuk menggerakan kopling. kedua Plat menggunakan per untuk menekannya(manual), sentrifugal (otomatis).














  • Kopling sepatu sentrifugal
Menggunakan sepatu yang bergerak keluar oleh daya sentrifugal.sehingga sepatu tersebut terhubung ke drum/housing atau rumah kopling.













  • Kopling v-belt
Kopling ini terdiri dariu v-belt dan pulley yang digerakkan oleh daya sentrifugal. Sehingga v-belt terjepit. Dengan demikian kopling secara otomatis mengkopel. Banyak dipakai motor matik.













Referensi
http://id.wikipedia.org/wiki/Kopling_sentrifugal
http://otogembel.wordpress.com/2012/08/05/kopling/
http://chapus78.blogspot.com/2014/07/sepeda-motor-a.html
http://infotercepatku.blogspot.com/2013/06/tipe-tipe-kopling-sepeda-motor-lengkap.html
Yamaha Motor Co.,Ltd. Yamaha Technical Academy,Indonesia.2000.

Pola Kembangan Ban

Pola kembangan pada ban berbeda tergantung dari tujuan pemakaian dan karakter dari motor baik bagian depan atau belakang.

Dasar Kembangan
  • Pola Rib
 Tekstur dengan pola alur sejajar-lurus. Sepanjang lingkar ban.dengan tekstur ini, stabilitas pengendalian lebih baik, mengurangi bahaya selip dan dipakai pada roda depan.









  • Pola Lug
Pola ini memiliki alur aris melintang dengan tujuan menambah gaya dorong dan banyak dipakai pada roda belakang.









  • Pola Rib-lug
Pola kombinasi dari pola Rib dan pola Lig, tetapi pada pola Rib lebih dominan, dipakai pada roda repan, dan pada pola Lug yang dominan dipakai pada roda belakang.













  • Pola Block 
Pola segi empat yang sama cengkaraman roda lebih kuat. Tahan terhadap selip, dipakai pada sepeda motor offroad. Pola dengan blok besar dipakai pada roda depan, dan Pola dengan blok kecil dipakai pada roda belakang.











Referensi
Yamaha Motor Co.,Ltd. Yamaha Technical Academy,Indonesia. 2000.
http://archive.kaskus.co.id/thread/5992514/0/tips-memelihara-ban---roda-kendaraan

Konstruksi dan Keuntungan Mesin 4 tak

 Konstruksi Dasar

  • Mesin 4tak memerlukan 2 kali putaran kruk as untuk menyelesaikan satu rangkain kerja.
  • Pada kepala slinder terdapat 2 jenis klep yaitu klep masuk dan klep buang. Keduanya bekerja menurut putaran kruk as. pada bagian dalam silinder tidak memiliki lubang.
  • Semua proses diselesaikan diatas bagian piston/ silinder.
  • untuk membuka dan menutup klep menggunakan mekanisme pada kepala silinder/cylinder head yang digerakan oleh poros kruk as.

 Keuntungan mesin 4 tak
  • Karena tiap proses berdiri sendiri sehingga lebih perisisi, efisien dan stabil. Jarak putaran renda ketinggi lebih jauh (500 - 10.000 rpm).
  • Kerugian karena tekanan balik atau blow by lebih kecil dibanding mesin 2 tak.
  • Tenaga pada putaran rendah lebih baik, dan panas mesin dapan didinginkan oleh sirkulasi oli.
  • langkah pemasukan dan buang lebih panjang, sehingga efisiensi pemasukan dan kompresi efektif lebih baik. Hal ini menjadikan konsumsi bahan bakar lebih hemat.
Kerugian
  •  Mekanisme penggerak klep lebih rumit, sehingga perawatan lebih sulit.
  • Suara yang dihasilkan dari mekanisme penggerak lebih berisik.
  • Langkah kerja terdiri dari 2 putaran kruk as, sehingga keseimbangan putaran tidak stabil. Butuh lebih dari 1 silinder dan damper penahan getaran.
Referensi
Yamaha Motor co.,Ltd. Yamaha Technical Academy Edisi Pertama, Indonesia. 2000.

Konstruksi dasar dan Keistimewaan Mesin 2 tak

  • Mesin 2 langkah hanya memerlukan 1 kali putaran kruk as untik menyelesaikan satu siklus kerja.
  • Piston bergerak keatas dan kebawah, sehingga membuka dan menutup pintu lubang pemasukan dan lubang pembuangan, dan lubang transfer yang berada di dalam silinder. piston berfungsi sebagai klep " Piston Valve Engine ".
  •  Untuk menyelesaikan satu siklus diperlukan 1 putaran kruk as, 2 kali gerakan piston. 
  • Campuran udara dan bahan bakar dikompresi 2 kali tiap putaran.
  1. Kompresi Primer berlangsung didalam crankcase. campuran ditarik kedalam, dikompresi laru di transfer ke ruang pembakaran.
  2. kompresi sekunder berlangsung di dalam silinder dan ruang bakar. Dalam hal ini campuran yang telah dikompresi akan mudah terbakar, sehingga menghasilkan tekanan yang tinggi.
  • Langkah transfer adalah ketika campuran udara dan bahan bakar  yang telah dikompresi pada kompresi primer  dialirkan melalui lubang transfer ketika diatas piston dan berfungsi juga sebagai pendorong gas sisa pembakaran keluar dari silinder.
Keuntungan Mesin 2 tak :
  1. Proses terjadi setiap 1 putaran krukas sehingga putaran mesin lebih halus.
  2. Komponen lebih sedikit sehingga perawatan lebih mudah dan murah
  3. Momen puntir untuk putarab lanjutan kruk as lebih kecil sehingga lebih sedikit getaran.
  4. Dibandingkan mesin 4 tak dengan kapasitas mesin yang sama, tenaga mesin yang dihasilkan lebih besar (1.7 kali lebih besar).

Kerugian :
  1. Tekanan balik pada langkah masuk dan buang lebih tinggi.
  2. Karena di dalam silinder terdapat lubang, terjadi gesekan ring piston dengan sudut lubang sehingga ring piston cepat aus dan akan mudah timbul panas.
  3. Tenaga pada putaran rendah sulit diperoleh atau kecil.
  4.  Membutuhkan 2 pelumas.
Referensi
Yamaha Motor Co,.Ltd. Yamaha Technical Academy, Indonesia. 2000.

Selasa, 11 November 2014

Konversi 2 klep menjadi 1 klep

konversi 2 klep in atau 2 klep out menjadi 1 klep in atau 1 klep out merupakan cara untuk mempermudah modifikasi mesin, terutama untuk menentukan diameter klep pada motor yang menganut multivalve seperti satri fu dan jupiter mx. karena biasanya mekanik menggunakan rumus 50% sampai 55% x diameter piston untuk menentukan besar diameter klep in dan  80% x diameter klep in untuk klep out.

Untuk menkonversinya dapat menggunakan rumus:
D = akar dari ((3,14 x d x d) x 2) / 3,14

dimana
D : diameter klep hasil konversi
d : diameter klep multi vave

contoh
satria fu mempunyai 2 klep in masing - masing diameter klep in 22 mm

D = akar dari ((3,14 x 22 x 22) x 2) / 3,14
D = akar dari (1519,76 x 2) / 3,14
D= akar dari 3039,52 / 3,14
D = akar dari 968
D = 31,11 mm, atau dibulatkan 31 mm

Referensi

http://ratmotorsport.wordpress.com/tag/yamaha/page/3/
http://mochyuga.wordpress.com/2012/12/06/tips-sambil-menghitung-gas-speed-2-3-pulau-terlampaui/

Menghitung Piston Speed

Dari sebagai Komponen yang bergerak,, Piston juga memiliki batas aman atau Kecepatan Ideal yang biasa di sebut dengan Piston speed, karena merupakan Angka pedoman bagi Enginering pabrikan maupun Mekanik Balap dalam Meramu Formula Pada Mesin yang akan di bangunnya,, karena dari Piston Speed (PS) inilah dapat di tentukan Ketahanan maupun karakter Mesin barunya Nanti.
 Adapun Kecepatan Ideal Piston (PS) adalah 21 meter/Detik (21 m/s) (untuk motor standar atau produksi masal).
Untuk menghitung piston speed dapat menggunakan rumus :
( 2 x Stroke x Rpm)/60)

dimana:

2 : adalah gerak naik turun piston atau 1 kali putaran kruk as
stroke : langkah piston (satuan yang dipakai Meter)
Rpm : putaran mesin yang diinginkan
60: konfersi satuan rpm (rotasi per menit) ke detik

referensi:
http://hourex150l.wordpress.com/2012/04/04/batas-aman-putaran-mesin-rpm-bagi-piston/

Mesin Overbore

Mesin overbore mempunyai ciri-ciri diameter piston lebih besar dibanding stroke atau langkahnya.
Mesin jenis ini biasanya diaplikasi pada mesin mesin sport. Karena mesin dapat power atau torsi di rpm yang tinggi.

kelebihan mesin overbore

1. Piston speed rendah

Karena srokenya yang pendek maka piston speed pada rpm yg tinggi pun masih rendah sehingga mesin dapat berputar sampai belasan ribu rpm. Selain itu karena torsinya lemah pada rpm rendah - menengah maka butuh cdi atau ecu dengan batasan rpm yang lebih tinggi karena torsi maksimum didapat pada rpm yang tinggi.

2.   Klep lebih besar

Karena diameter besar sehingga memungkinkan penggunaan klep yang besar pula. Ini juga berguna untuk mengail torsi di rpm tinggi karena klep besar juga mempunyai gas speed yang rendah juga sehingga perlu rpm yang tinggi untuk mencapai gas speed yang optimal.

Kekurangan mesin overbore :

  1. Boros, karena untuk mengail power dan torsi membutuhka rpm tinggi.
  2. Cepet panas, karena permukaan logam dalam ruang bakar luas, sehingga panas mudah diserap oleh permukaan tersebut. Apalagi CR tinggi mesin tambah cepet panas, oleh karena itu harus didukung sistem pendinginan yang mumpuni (radiator).
  3. Jika tidak menggunakan bbm dengan RON yang memadai mesin akan mudah knocking dan cepet rusak.
  4. Jika rider terlena dengan akselerasi putaran atas, maka mesin akan cenderung “sering ” dimainkan melebihi redline. Bahkan banyak rider yang meng-upgrade sampai mendekati limter. Untuk silinder + ring piston mungkin masih aman, tapi tidak untuk komponen yang lain seperti : kamprat, templar, bearing nokenas, noken as, damper kopling, rante+gir roda belakang dll.
referensi
http://motogokil.com/2013/11/28/mesin-dengan-karakter-over-bore-pasti-pilihan-rider-yang-cinta-kecepatan-speed-lover/
http://ggrsgenthogrowonkracingspeed.blogspot.com/2012/01/keunggulan-dan-kekurangan-overstroke.html
http://ratmotorsport.wordpress.com/tag/piston/

Mesin Over Stroke

Assalamu’alaikum wR wB

Mesin overstroke adalah jenis mesin yang paling banyak diaplikasi oleh motor - motor bebek dari kebanyakan pabrikan. Mesin overstroke adalah mesin yang stroke atau lagkahnya lebih besar dari bore atau diameter pistonnya.
Kelebihan mesin overstroke itu sendiri adalah :
  1. Torsi besar pada Rpm rendah - menengah.
Pada langkah kerja, piston menerima gaya dorong akibat ledakan di ruang bakar, kemudian diteruskan  oleh connecting rod untuk memutar bandul/crankshaft. Semakin panjang stroke-nya, semakin jauh posisi big-end dari poros crankshaft, big-end adalah pen yg menghubungkan conrod dgn crankshaft. Semakin jauh posisi big-end, semakin besar momen puntir yang diakibatkan gaya kerja dari piston, sehingga torsinya semakin besar.




     2. lebih efisien dalam konsumsi bbm

Motor bermesin overstroke bisa mengail torsi dan power pada rpm yang lebih rendah sehingga tidak perlu memutar grip gas terlalu banyak agar motor beraklselerasi, inilah faktor utama yang membuatnya lebih irit/efisien. Selain itu permukaan mesin overstroke (dalam silinder), relatif lebih sempit dari pada overbore, sehingga transfer panas dari bbm yg terbakar ke logam piston, dinding silinder dan kubah lebih kecil. Akibatnya energi panas yang diubah menjadi tekanan untuk menekan piston menjadi lebih besar. Sehingga dengan menggunakan bbm yg lebih sedikit dari mesin overbore, bisa menghasilkan gaya putar yang sama.
Dengan sedikitnya panas yang di-transfer ke head+silinder, maka pendinginnya cukup menggunakan udara yang ditangkap oleh sirip mesin, tidak perlu radiator.


Kekurangan mesin Overstroke :
  1. Piston speed pada putaran rendah menengah sudah tinggi sehingga cdi atau ecu biasanya dibatasi rpmnya.
 Karena piston speed atau PSnya sudah tinggi pada rpm rendah - menengah jika cdi atau ecu tidak dibatasi rpm nya akan riskan pada ketahanan part - part didalam mesin seperti klep, noken as, rantai keteng akan cepat aus. mesin - mesin standar pabrikan biasanyanya memiliki ketahanan piston speed sampai 21 m/s.

referensi
http://dewataspeedblog.wordpress.com/2010/12/07/474/
http://motogokil.com/2013/11/27/kenapa-ya-mesin-over-stroke-dengan-cc-yang-sama-lebih-efisien-daripada-over-bore/





Selasa, 04 November 2014

Kepemimpinan

Kepemimpinan adalah proses memengaruhi atau memberi contoh oleh pemimpin kepada pengikutnya dalam upaya mencapai tujuan organisasi. Cara alamiah mempelajari kepemimpinan adalah melakukannya dalam kerja dengan praktik seperti pemagangan pada seorang seniman ahli, pengrajin, atau praktisi. Dalam hubungan ini sang ahli diharapkan sebagai bagian dari peranya memberikan pengajaran/instruksi.





Tipe - tipe Kepemimpinan


Tipe Kepemimpinan Kharismatis


Tipe kepemimpinan karismatis memiliki kekuatan energi, daya tarik dan pembawaan yang luar biasa untuk mempengaruhi orang lain, sehingga ia mempunyai pengikut yang sangat besar jumlahnya dan pengawal-pengawal yang bisa dipercaya. Kepemimpinan kharismatik dianggap memiliki kekuatan ghaib (supernatural power) dan kemampuan-kemampuan yang superhuman, yang diperolehnya sebagai karunia Yang Maha Kuasa. Kepemimpinan yang kharismatik memiliki inspirasi, keberanian, dan berkeyakinan teguh pada pendirian sendiri. Totalitas kepemimpinan kharismatik memancarkan pengaruh dan daya tarik yang amat besar.

Tipe Kepemimpinan Paternalistis/Maternalistik


Kepemimpinan paternalistik lebih diidentikkan dengan kepemimpinan yang kebapakan dengan sifat-sifat sebagai berikut:
  1.  mereka menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak/belum dewasa, atau anak sendiri yang perlu dikembangkan.
  2.  mereka bersikap terlalu melindungi. 
  3. mereka jarang memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengambil keputusan sendiri.
  4. mereka hampir tidak pernah memberikan kesempatan kepada bawahan untuk berinisiatif.
  5.  mereka memberikan atau hampir tidak pernah memberikan kesempatan pada pengikut atau bawahan untuk mengembangkan imajinasi dan daya kreativitas mereka sendiri.
  6. selalu bersikap maha tahu dan maha benar.

Sedangkan tipe kepemimpinan maternalistik tidak jauh beda dengan tipe kepemimpinan paternalistik, yang membedakan adalah dalam kepemimpinan maternalistik terdapat sikap over-protective atau terlalu melindungi yang sangat menonjol disertai kasih sayang yang berlebih lebihan.


Tipe Kepemimpinan Militeristik


Tipe kepemimpinan militeristik ini sangat mirip dengan tipe kepemimpinan otoriter. Adapun sifat-sifat dari tipe kepemimpinan militeristik adalah:
  1. lebih banyak menggunakan sistem perintah/komando, keras dan sangat otoriter, kaku dan seringkali kurang bijaksan.
  2. menghendaki kepatuhan mutlak dari bawahan.
  3.  sangat menyenangi formalitas, upacara-upacara ritual dan tanda-tanda kebesaran yang berlebihan.
  4.  menuntut adanya disiplin yang keras dan kaku dari bawahannya.
  5.  tidak menghendaki saran, usul, sugesti, dan kritikan-kritikan dari bawahannya.
  6. komunikasi hanya berlangsung searah.

Tipe Kepemimpinan Otokratis (Outhoritative, Dominator)


Kepemimpinan otokratis memiliki ciri-ciri antara lain:
  1.  mendasarkan diri pada kekuasaan dan paksaan mutlak yang harus dipatuhi.
  2.  pemimpinnya selalu berperan sebagai pemain tunggal.
  3.  berambisi untuk merajai situasi.
  4.  setiap perintah dan kebijakan selalu ditetapkan sendiri.
  5. bawahan tidak pernah diberi informasi yang mendetail tentang rencana dan tindakan yang akan dilakukan.
  6. semua pujian dan kritik terhadap segenap anak buah diberikan atas pertimbangan pribadi.
  7. adanya sikap eksklusivisme.
  8.  selalu ingin berkuasa secara absolut.
  9. sikap dan prinsipnya sangat konservatif, kuno, ketat dan kaku.
  10. pemimpin ini akan bersikap baik pada bawahan apabila mereka patuh.

Tipe Kepemimpinan Laissez Faire


Pada tipe kepemimpinan ini praktis pemimpin tidak memimpin, dia membiarkan kelompoknya dan setiap orang berbuat semaunya sendiri. Pemimpin tidak berpartisipasi sedikit pun dalam kegiatan kelompoknya. Semua pekerjaan dan tanggung jawab harus dilakukan oleh bawahannya sendiri. Pemimpin hanya berfungsi sebagai simbol, tidak memiliki keterampilan teknis, tidak mempunyai wibawa, tidak bisa mengontrol anak buah, tidak mampu melaksanakan koordinasi kerja, tidak mampu menciptakan suasana kerja yang kooperatif. Kedudukan sebagai pemimpin biasanya diperoleh dengan cara penyogokan, suapan atau karena sistem nepotisme. Oleh karena itu organisasi yang dipimpinnya biasanya morat marit dan kacau balau.

Tipe Kepemimpinan Populistis


Kepemimpinan populis berpegang teguh pada nilai-nilai masyarakat yang tradisonal, tidak mempercayai dukungan kekuatan serta bantuan hutang luar negeri. Kepemimpinan jenis ini mengutamakan penghidupan kembali sikap nasionalisme.

Tipe Kepemimpinan Administratif/Eksekutif


Kepemimpinan tipe administratif ialah kepemimpinan yang mampu menyelenggarakan tugas-tugas administrasi secara efektif. Pemimpinnya biasanya terdiri dari teknokrat-teknokrat dan administratur-administratur yang mampu menggerakkan dinamika modernisasi dan pembangunan. Oleh karena itu dapat tercipta sistem administrasi dan birokrasi yang efisien dalam pemerintahan. Pada tipe kepemimpinan ini diharapkan adanya perkembangan teknis yaitu teknologi, indutri, manajemen modern dan perkembangan sosial ditengah masyarakat.

Tipe Kepemimpinan Demokratis


Kepemimpinan demokratis berorientasi pada manusia dan memberikan bimbingan yang efisien kepada para pengikutnya. Terdapat koordinasi pekerjaan pada semua bawahan, dengan penekanan pada rasa tanggung jawab internal (pada diri sendiri) dan kerjasama yang baik. kekuatan kepemimpinan demokratis tidak terletak pada pemimpinnya akan tetapi terletak pada partisipasi aktif dari setiap warga kelompok.

Kepemimpinan demokratis menghargai potensi setiap individu, mau mendengarkan nasehat dan sugesti bawahan. Bersedia mengakui keahlian para spesialis dengan bidangnya masing-masing. Mampu memanfaatkan kapasitas setiap anggota seefektif mungkin pada saat-saat dan kondisi yang tepat.

Teori - teori Kepemimpinan


1. Teori Sifat

Teori ini bertolak dari dasar pemikiran bahwa keberhasilan seorang pemimpin ditentukan oleh sifat-sifat, perangai atau ciri-ciri yang dimiliki pemimpin itu. Atas dasar pemikiran tersebut timbul anggapan  bahwa untuk menjadi seorang pemimpin yang berhasil, sangat ditentukan oleh kemampuan pribadi pemimpin. Dan kemampuan pribadi yang dimaksud adalah kualitas seseorang dengan berbagai sifat, perangai atau ciri-ciri di dalamnya. Ciri-ciri ideal yang perlu dimiliki pemimpin menurut Sondang P Siagian (1994:75-76) adalah:

- pengetahuan umum yang luas, daya ingat yang kuat, rasionalitas, obyektivitas, pragmatisme, fleksibilitas, adaptabilitas, orientasi masa depan;
- sifat inkuisitif, rasa tepat waktu, rasa kohesi yang tinggi, naluri relevansi, keteladanan, ketegasan, keberanian, sikap yang antisipatif, kesediaan menjadi pendengar yang baik, kapasitas integratif;
- kemampuan untuk bertumbuh dan berkembang, analitik, menentukan skala prioritas, membedakan yang urgen dan yang penting, keterampilan mendidik, dan berkomunikasi secara efektif. 

Walaupun teori sifat memiliki berbagai kelemahan (antara lain : terlalu bersifat deskriptif, tidak selalu ada relevansi antara sifat yang dianggap unggul dengan efektivitas kepemimpinan) dan dianggap sebagai teori yang sudah kuno, namun apabila kita renungkan nilai-nilai moral dan akhlak yang terkandung didalamnya mengenai berbagai rumusan sifat, ciri atau perangai pemimpin; justru sangat diperlukan oleh kepemimpinan yang menerapkan prinsip keteladanan.


2.    Teori Perilaku

Dasar pemikiran teori ini adalah kepemimpinan merupakan perilaku seorang individu ketika melakukan kegiatan pengarahan suatu kelompok ke arah pencapaian tujuan. Dalam hal ini, pemimpin mempunyai deskripsi perilaku:

a.  konsiderasi dan struktur inisiasi

Perilaku seorang pemimpin yang cenderung mementingkan bawahan memiliki ciri  ramah tamah,mau berkonsultasi, mendukung, membela, mendengarkan, menerima usul dan memikirkan kesejahteraan bawahan serta memperlakukannya setingkat dirinya. Di samping itu terdapat pula kecenderungan perilaku pemimpin yang lebih mementingkan tugas organisasi.

b.  berorientasi kepada bawahan dan produksi

perilaku pemimpin yang berorientasi kepada bawahan ditandai oleh penekanan pada hubungan atasan-bawahan, perhatian pribadi pemimpin pada pemuasan kebutuhan bawahan serta menerima perbedaan kepribadian, kemampuan dan perilaku bawahan. Sedangkan perilaku pemimpin yang berorientasi pada produksi memiliki kecenderungan penekanan pada segi teknis pekerjaan, pengutamaan penyelenggaraan dan penyelesaian tugas serta pencapaian tujuan.

Pada sisi lain, perilaku pemimpin menurut model leadership continuum pada dasarnya ada dua yaitu berorientasi kepada pemimpin dan bawahan. Sedangkan berdasarkan model grafik kepemimpinan, perilaku setiap pemimpin dapat diukur melalui dua dimensi yaitu perhatiannya terhadap hasil/tugas dan terhadap bawahan/hubungan kerja.

Kecenderungan perilaku pemimpin pada hakikatnya tidak dapat dilepaskan dari masalah fungsi dan gaya kepemimpinan (JAF.Stoner, 1978:442-443)

3.    Teori Situasional

Keberhasilan seorang pemimpin menurut teori situasional ditentukan oleh ciri kepemimpinan dengan perilaku tertentu yang disesuaikan dengan tuntutan situasi kepemimpinan dan situasi organisasional yang dihadapi dengan memperhitungkan faktor waktu dan ruang. Faktor situasional yang berpengaruh terhadap gaya kepemimpinan tertentu menurut Sondang P. Siagian (1994:129) adalah

* Jenis pekerjaan dan kompleksitas tugas;
* Bentuk dan sifat teknologi yang digunakan;
* Persepsi, sikap dan gaya kepemimpinan;
* Norma yang dianut kelompok;
* Rentang kendali;
* Ancaman dari luar organisasi;
* Tingkat stress;
* Iklim yang terdapat dalam organisasi.

Efektivitas kepemimpinan seseorang ditentukan oleh kemampuan "membaca" situasi yang dihadapi dan menyesuaikan gaya kepemimpinannya agar cocok dengan dan mampu memenuhi tuntutan situasi tersebut. Penyesuaian gaya kepemimpinan dimaksud adalah kemampuan menentukan ciri kepemimpinan dan perilaku tertentu karena tuntutan situasi tertentu.
Referensi
http://id.wikipedia.org/wiki/Kepemimpinan
http://belajarpsikologi.com/tipe-tipe-kepemimpinan/
http://www.ut.ac.id/html/suplemen/adpu4334/w2_3_1_1.htm

Perubahan dan Perkembangan Organisasi

Faktor Perubahan


Lingkungan yang bersifat dinamis, kompleks dan
terkadang tidak dapat diprediksikan membuat
organisasi harus melakukan perubahan secara
berkelanjutan.

Faktor

faktor yang menyebabkan perubahan berasal
dari dalam maupun dari luar organisasi.

Faktor internal : tujuan,strategi dan kebijakan
organisasi, kegiatan, dan teknologi yang
digunakan.

Faktor eksternal : politik, pendidikan, ekonomi,
sosial, kebudayaan, dan teknologi.

Proses Perubahan Organisasi

  • Mengadakan Pengkajian
  • Mengadakan Identifikasi 
  • Menetetapkan Perubahan
  • Menyusun Strategi
  • Melakukan Evaluasi

Pengembangan organisasi


  • Merupakan strategi terencana dalam mewujudkan perubahan organisasional, yang memiliki sasaran jelas berdasarkan diagnosa yang tepat tentang permasalahan yang dihadapi oleh organisasi.
  • Merupakan kolaborasi antara berbagai pihak yang akan terkena dampak perubahan yang akan terjadi.
  • Menekankan cara-cara baru yang diperlukan untuk meningkatkan kinerja seluruh organisasi dan semua satuan kerja dalam organisasi.
  • Mengandung nilai humanistik dimana pengembangan potensi manusia menjadi bagian terpenting.
  • Menggunakan pendekatan komitmen sehingga selalu memperhitungkan pentingnya interaksi, interaksi dan interdependensi antara berbagai satuan kerja sebagai bagian integral di suasana yang utuh.
  • Menggunakan pendekatan ilmiah dalam upaya meningkatkan efektivitas organisasi.

Metode Pengembangan Organisasi


Metode Pengembangan Organisasi


Metode Pengembangan Perilaku
          

Metode pengembangan perilaku atau Behavioral Development Methode merupakan metode yang berusaha menyelidiki secara mendalam tentang proses perilaku kelompok dan individu.

  • Jaringan Manajerial
Jaringan Manajerial atau kisi manajerial (manajerial grid) adalah suatu metode pengembangan organisasi yang didasarkan jaringan manajerial.
  • Latihan Kepekaan
Latihan Kepekaan (sensitivity training) merupakan latihan dalam kelompok
  • Pembentukan Tim
Pembentukan Tim (team building) merupakan salah satu metode pengembangan organisasi dengan mengembangkan perilaku kelompok melalui suatu teknik intervensi yang disebut pembentukan tim (team building).
  • Umpan Balik Survai
Umpan Balik Survai (survay feedback) adalah suatu metode yang berusaha mengumpulkan data-data dari para anggota organisasi. Data itu meliputi data-data yang berhubungan dengan tingkah laku, sikap, serta berbagai perasaan lain yang ada pada diri setiap anggota organisasi.

Metode Pengembangan Keterampilan dan Sikap

                
Metode ini merupakan suatu program latihan yang dilaksanakan secara terus-menerus dengan tujuan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap para anggota organisasi. Oleh karena itu yang dimaksud dengan latihan atau training adalah suatu proses pengembangan kecakapan, pengetahuan, ketrampilan, keahlian, dan sikap tingkah laku dari para anggota organisasi. Program latihan dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya ialah latihan di tempat kerja, latihan instruksi kerja, latihan di luar tempat pekerjaan, dan latihan di tempat kerja tiruan.

Referensi
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/Mimin%20Nur%20Aisyah,%20M.Sc.,%20Ak./Bab%2012%20Perubahan%20&%20Pengembangan%20Organisasi.pdf
http://idadwiw.wordpress.com/2011/12/18/ciri-ciri-pengembangan-organisasi/
http://www.ut.ac.id/html/suplemen/luht4327/perubahan_organisasi/metode%20pengembangan%20organisasi.htm

Komunikasi dalam Organisasi

Pengertian Komunikasi


Proses komunikasi adalah proses yang menggambarkan kegiatan komunikasi antar manusia yang bersifat interaktif, relasional, dan transaksional dimana komunikator mengirimkan pesan kepada komunikan melalui media tertentu dengan
maksud dan tujuan tertentu.

Unsur - unsur Komunikasi


1. Sumber
Sumber adalah dasar yang digunakan dalam penyampaian pesan dan digunakan dalam rangka memperkuat pesan itu sendiri. Sumber dapat berupa orang, lembaga, buku, dokumen dan sejenisnya.

2. Komunikator
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu:
– Penampilan
Khusus dalam komunikasi tatap muka atau yang menggunakan media pandang dengan audio visual, seorang komunikator harus menyesuaikan diri dengan lingkungan dan komunikan. Penampilan ini sesuai dengan tata krama dengan memperhatikan keadaan, waktu dan tempat.
– Penguasaan masalah
Seseorang yang tampil atau ditampilkan sebagai komunikator haruslah betul- betul menguasai masalahnya. Apabila tidak, maka setelah proses komunikasi berlangsung akan menimbulkan ketidakpercayaan terhadap komunikator dan akhirnya terhadap pesan itu sendiri yang akan menghambat terhadap efektivitas komunikasi.
-Penguasaan bahasa
Komunikator harus menguasai bahasa dengan baik. Bahasa ini adalah bahasa yang digunakan dan dapat dipahami oleh komunikan. Penguasaan bahasa akan sangat membantu menjelaskan pesan- pesan apa yang ingin kita sampaikan kepada audience.

3. Pesan
Pesan adalah keseluruhan dari apa yang disampaikan oleh komunikator. Pesan ini mempunyai inti pesan yang sebenarnya menjadi pengarah di dalam usaha mencoba mengubah sikap dan tingkah laku komunikan. Pesan dapat secara panjang lebar mengupas berbagai segi, namun inti pesan dari komunikasi akan selalu mengarah kepada tujuan akhir komunikasi itu.

4. Channel/ Saluran
Channel adalah saluran penyampaian pesan, biasa juga disebut dengan media. Media komunikasi dapat dikategorikan dalam dua bagian, yaitu media umum dan media massa. Media umum adalah media yang dapat digunakan oleh segala bentuk komunikasi, contohnya radio dan sebagainya. Media massa adalah media yang digunakan untuk komunikasi massa, misalnya televisi.

5. Komunikasi
Komunikasi dapat digolongkan menjadi 3 jenis, yaitu
1) personal
2) kelompok, dan
3) massa

Dari segi sasarannya, komunikasi ditujukan atau diarahkan kedalam komunikasi personal, komunikasi kelompok dan komunikasi massa.

6. Efek
Efek adalah hasil akhir dari suatu komunikasi, yaitu sikap dan tingkah laku orang, sesuai atau tidak sesuai dengan yang kita inginkan. Apabila sikap dan tingkah laku orang lain itu sesuai, maka komunikasi berhasil.
.

Menyalurkan Ide melalui Komunikasi


1. Ide (gagasan)
2. Perumusan
  Dalam perumusan, disini ide si penyampai disampaikan dalam kata-kata.
3. Penyaluran (Transmitting)
  Penyaluran ini adalah bisa lisan, tertulis, mempergunakan symbol, atau isyarat dsb.
4. Tindakan
 Dalam tindakan ini sebagai contoh misalnya perintah-perintah dalam organisasi   dilaksanakan.
5. Pengertian
 Dalam pengertian ini disini kata-kata si penyampai yang ada dalam perumusan tadi   menjadi ide si   receiver.
6. Penerimaan
 Penerimaan ini diterima oleh si penerima berita (penangkap berita).

Hambatan Komunikasi


  1. Hambatan fisik menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan fisik atau badan seseorang, misalnya tuna rungu.
  2. Hambatan kepribadian
  3. Hambatan usia
  4. Hambatan budaya
  5. Hambatan bahasa
  6. Hambatan kecakapan teknologi
  7. Hambatan lingkungan alam dan kondisi sekitar.

Klasifikasi Komunikasi

 Dari segi sifatnya :

Komunikasi Lisan
Komunikasi lisan secara langsung adalah komunikasi yang dilakukan oleh dua orang atau lebih yang saling bertatap muka secara langsung dan tidak ada jarak atau peralatan yang membatasi mereka.

Komunukasi Tertulis
Komunikasi tertulis adalah komunikasi yang di lakukan dengan perantaraan tulisan tanpa adanya pembicaraan secara langsung dengan menggunakan bahasa yang singkat, jelas, dan dapat dimengerti oleh penerima.

Komunikasi Verbal
Komunikasi verbal adalah komunikasi dengan menggunakan simbol-simbol verbal. Simbol verbal bahasa
merupakan pencapaian manusia yang paling impresif. Ada aturan-aturan yang ada untuk setiap bahasa yaitu fonologi, sintaksis, semantik dan pragmatis.

Komunikasi Non Verbal
Komunikasi non verbal adalah proses komunikasi dimana pesan disampaikan tidak menggunakan kata-kata.

Dari segi arahnya :

Komunikasi keatas
Porsi ini sebenarnya dituntut untuk seimbang dengan komunikasi ke bawah. Berbeda dengan komunikasi ke  bawah, komunikasike atas mengalir dari orang pada hierarki yan lebih rendah kejenjang yang lebih tinggi.

Komunikasi kebawah
Mengalir dari orang pada hierarki yang lebih tinggi ke jenjangyang lebih rendah.

Komunikasi diagonal
Merupakan jalur komunikasi yang paling jarang digunakan, komunikasi diagonal penting dalam situasi ketika para anggota tidak dapat berkomunikasi secara efektif melalui jalur ini.

Komunikasi horizontal
Merupakan pertimbangan utama dalam desain organisasi, namun organisasi yang efektif memerlukan juga komunikasi horizontal yang sangat perlu bagi koordinasi dan integrasi dari beraneka ragam fungsi keorganisasian.

Komunikasi satu arah
Merupakan komunikasi yang dilakukan untuk menyampaikan pengumuman.

Komunikasi Dua Arah
Komunikasi dengan adanya timbal balik.

Dari segi lawannya :
Komunikasi Satu Lawan Satu
Berbicara dengan lawan bicara yang sama banyaknya.

Komunikasi Satu Lawan Banyak (kelompok)
Berbicara antara satu orang dengan suatu kelompok.

Dari segi keresmian :

Komunikasi formal
Komunikasi yang memperhitungkan tingkat ketepatan, keringkasan, dan kecepatan komunikasi.

Komunikasi informal
Komunikasi informal adalah komunikasi antara orang yang ada dalam suatu organisasi , akan tetapi tidak direncanakan atau tidak ditentukan dalam struktur organisasi . Fungsi komunikasi informal adalah untuk memelihara hubungan sosial persahabatan kelompok informal , penyebaran informasi yang bersifat pribadi dan privat seperti isu , gosip, atau rumor .

Referensi
Alo Liliweri. 2004. Wacana Komunikasi Organisasi. Bandung: Mandar maju
https://latansablog.wordpress.com/2011/11/24/pengertian-dan-unsur-unsur-komunikasi/ 
http://idadwiw.wordpress.com/2011/12/19/bagaimana-menyalurkan-ide-melalui-komunikasi/
http://liwunfamily.wordpress.com/2014/02/07/7-hambatan-komunikasi/

Proses Organisasi

Proses Mempengaruhi

Merupakan proses manejerial karena secara nyata dilaksanakan oleh para manajer. Proses-proses ini juga merupakan proses-proses organisasional dan proses organisasi karena hal tersebut merupakan bagian vital sistem organisasi formal dan mempunyai implikasi-implikasi sangat penting terhadap perilaku organisasi. Sebab proses mempengaruhi adalah suatu cara atau kegiatan yang menunjukan hal baik,yang dilakukan secara langsung ataupun secara tidak langsung, sehingga mengakibatkan suatu perubahan perilaku sikap, baik itu individu atau kelompok. Wewenang dan kekuasaan memiliki pengertian yang sama yaitu memiliki kemampuan untuk memepengaruhi orang lain akan tetapi jika ditelah lebih dalam keduanya memiiki maksud yang berbeda. Jika wewenang adalah hak untuk melakukan sesuatu, sedangkan kekuasaan adalah kemampuan untuk melakukan hak tersebut. Wewenang dan kekuasaan tidak dapat dipisahkan karena keduanya saling berkaitan satu sama lain, wewenang tanpa kekuasaan atau kekuasaan tanpa wewenang akan menyebabkan konflik dalam organisasi. Diantara kekuasaan dan pengaruh memiliki hubungan yaitu : 1.

dasar gagasan ini adalah bahwa kekuasaan merupakan pengaruh laten (terpendam), sedangkan pengaruh merupakan kekuasaan dalam kenyataan (yang direalisasikan). French – Raven mengidentifikasikan lima sumber atau basis kekuasaan. Setiap sumber dapat terjadi pada semua tingkatan.

  • Kekuasaan balas jasa (reward power)
  •  
  • Kekuasaan paksaan (coercive power)
  •  
  • Kekuasaan sah (legitimate power)
  •  
  • Kekuasaan ahli ( expert power)
  •  
  • Kekuasaan panutan (referent power)


Proses Pengambilan Keputusan



Adalah pemilihan diantara berbagai alternative yang didapat dari beberapa pemikiran / ide. Ada empat metode pengambilan keputusan, yaitu kewenangan tanpa diskusi (authority rule without discussion), pendapat ahli (expert opinion), kewenangan setelah diskusi (authority rule after discussion), dan kesepakatan (consensus). 
  • Kewenangan Tanpa Diskusi Keputusan yang diambil secara tiba-tiba oleh pemimpin tanpa melalui diskusi tersebut karena beralasan dimensi waktu. Akan tetapi metode ini memiliki sisi negative seperti munculnya ketidakpercayaan serta tidak ada peluangnya untuk para anggota unutk mengembangkan dirinya.

  • Pendapat Ahli Keputusan yang diambil oleh seseorang yang dianggap memiliki kualitas terbaik untuk membuat keputusan. Akan tetapi metode ini kurang efektif karena persoalan yang rumit dalam penetuan orang ahli (spesialis) dalam penyelesaian masalah.

  • Kewenangan Setelah Diskusi Pendapat anggota organisasi dalam metode ini sangat diperhatikan dalam proses pembuatan keputusan, namun perilaku otokratik dari pimpinan, kelompok masih berpengaruh. Ada sisi positif yang dapat diambil dalam metode ini yaitu mengingkatkan kualitas dan tanggung jawab para anggotanya dan terdapat aspek kecepatan (quickness) dalam pengambilan keputusan.

  • Kesepakatan Adanya partisipasi penuh dari seluruh anggota organisasi dalam pengambilan keputusan sehingga dapat meningkatkan kualitas keputusan yang diambil, sebaik seperti tanggung  jawab para anggota dalam mendukung keputusan tersebut. 

Refrensi :
http://id.wikipedia.org/wiki/Kekuasaan
http://dimasamiluhur.blogspot.com/2012/03/pengertian-serta-perbedaan-kekuasaan.html
http://dennyyusuf.blogspot.com/2011/10/hubungan-antara-kekuasaan-dan-pengaruh.html http://ikhsan1!1.wordpress.com/2012/03/30/proses-organisasi/
http://riina-a"mariina.blogspot.com/2011/10/postingan-kedua-proses-organisasi.html http://boycharot#1st.blogspot.com/2013/01/normal-0-false-false-false-in-$-none-$%&.html http://nadianudno'iani.blogspot.com/2013/01/proses-organisasi.html http://yoginofiawan.blogspot.com/2013/01/proses-organisasi.html 

konflik organisasi




Organisasi terdiri dari berbagai macam komponen yang berbeda dan saling memiliki ketergantungan dalam proses kerjasama untuk mencapai tujuan tertentu. Perbedaan yang terdapat dalam organisasi seringkali menyebabkan terjadinya ketidakcocokan yang akhirnya menimbulkan konflik. Hal ini disebabkan karena pada dasarnya ketika terjadi suatu organisasi, maka sesungguhnya terdapat banyak kemungkinan timbulnya konflik .
Konflik dapat menjadi masalah yang serius dalam setiap organisasi, tanpa peduli apapun bentuk dan tingkat kompleksitas organisasi tersebut, jika konflik tersebut dibiarkan berlarut-larut tanpa penyelesaian. Karena itu keahlian untuk mengelola konflik sangat diperlukan bagi setiap pimpinan atau manajer organisasi.
Makalah ini mencoba menyajikan apa yang sebenarnya didefinisikan sebagai konflik dalam suatu organisasi, pandangan mengenai konflik, sumber dan jenis konflik, serta bagaimana melaksanakan manajemen konflik dalam organisasi.


Definisi Konflik

Terdapat banyak definisi mengenai konflik yang bisa jadi disebabkan oleh perbedaan pandangan dan setting dimana konflik terjadi. Dibawah ini bisa terlihat perbedaan definisi tersebut:
Conflict is a process in which one party perceives that its interests are being opposed ora negatively affected by another party . Konflik merupakan suatu bentuk interaksi diantara beberapa pihak yang berbeda dalam kepentingan, persepsi dan tujuan .
Konflik adalah perbedaan pendapat antara dua atau lebih banyak anggota organisasi atau kelompok, karena harus membagi sumber daya yang langka, atau aktivitas kerja dan atau karena mereka mempunyai status, tujuan, penelitian, atau pandangan yang berbeda. Para anggota organisasi atau sub-unit yang sedang berselisih akan berusaha agar kepentingan atau pandangan mereka mengungguli yang lainnya .
Konflik merupakan sebuah situasi dimana dua orang atau lebih menginginkan tujuan-tujuan yang menurut persepsi mereka dapat dicapai oleh salah seorang diantara mereka, tetapi hal itu tidak mungkin dicapai oleh kedua belah pihak .
Konflik adalah perilaku anggota organisasi yang dicurahkan untuk beroposisi terhadap anggota yang lain, prosesnya dimulai jika satu pihak merasa bahwa pihak lain telah menghalangi atau akan menghalangi sesuatu yang ada kaitan dengan dirinya atau hanya jika ada kegiatan yang tidak cocok .
Di antara definisi yang berbeda itu nampak ada suatu kesepakatan, bahwa konflik dilatarbelakangi oleh adanya ketidakcocokan atau perbedaan dalam hal nilai, tujuan, status, dan lain sebagainya. Terlepas dari faktor yang melatarbelakangi terjadinya suatu konflik, gejala yang mengemuka dalam suatu organisasi saat terjadi konflik adalah saat individu atau kelompok menunjukkan sikap “bermusuhan” dengan individu atau kelompok lain yang berpengaruh terhadap kinerja dalam melakukan aktivitas organisasi.

Pandangan Mengenai Konflik

Terdapat tiga pandangan mengenai konflik. Hal ini disebabkan karena adanya pandangan yang berbeda mengenai apakah konflik merugikan, hal yang wajar atau justru harus diciptakan untuk memberikan stimulus bagi pihak-pihak yang terlibat untuk saling berkompetisi dan menemukan solusi yang terbaik. Pandangan itu adalah sebagai berikut :
Pandangan Tradisional (The Traditional View)
Pandangan ini menyatakan bahwa semua konflik itu buruk. Konflik dilihat sebagai sesuatu yang negatif, merugikan dan harus dihindari. Untuk memperkuat konotasi negatif ini, konflik disinonimkan dengan istilah violence, destruction, dan irrationality.
Pandangan Hubungan Manusia (The Human Relations View)

Pandangan ini berargumen bahwa konflik merupakan peristiwa yang wajar terjadi dalam semua kelompok dan organisasi. Konflik merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari, karena itu keberadaan konflik harus diterima dan dirasionalisasikan sedemikian rupa sehingga bermanfaat bagi peningkatan kinerja organisasi.

Pandangan Interaksionis (The Interactionist View)

Pandangan ini cenderung mendorong terjadinya konflik, atas dasar suatu asumsi bahwa kelompok yang koperatif, tenang, damai, dan serasi, cenderung menjadi statis, apatis, tidak aspiratif, dan tidak inovatif. Oleh karena itu, menurut aliran pemikiran ini, konflik perlu dipertahankan pada tingkat minimun secara berkelanjutan, sehingga kelompok tetap bersemangat (viable), kritis-diri (self-critical), dan kreatif.



Sumber Konflik

Terdapat beberapa hal yang melatarbelakangi terjadinya konflik. Agus M. Hardjana mengemukakan sepuluh penyebab munculnya konflik , yaitu:
a. Salah pengertian atau salah paham karena kegagalan komunikasi
b. Perbedaan tujuan kerja karena perbedaan nilai hidup yang dipegang
c. Rebutan dan persaingan dalam hal yang terbatas seperti fasilitas kerja dan jabatan
d. Masalah wewenang dan tanggung jawab
e. Penafsiran yang berbeda atas satu hal, perkara dan peristiwa yang sama
f. Kurangnya kerja sama
g. Tidak mentaati tata tertib dan peraturan kerja yang ada
h. Ada usaha untuk menguasai dan merugikan
i. Pelecehan pribadi dan kedudukan
j. Perubahan dalam sasaran dan prosedur kerja sehingga orang menjadi merasa tidak jelas tentang apa yang diharapkan darinya
Stoner sendiri menyatakan bahwa penyebab yang menimbulkan terjadinya konflik adalah :
a. Pembagian sumber daya (shared resources)
b. Perbedaan dalam tujuan (differences in goals)
c. Ketergantungan aktivitas kerja (interdependence of work activities)
d. Perbedaan dalam pandangan (differences in values or perceptions)
e. Gaya individu dan ambiguitas organisasi (individual style and organizational ambiguities)
Robbins sendiri membedakan sumber konflik yang berasal dari karakteristik perseorangan dalam organisasi dan konflik yang disebabkan oleh masalah struktural. Dari sini kemudian Robbins menarik kesimpulan bahwa ada orang yang mempunyai kesulitan untuk bekerja sama dengan orang lain dan kesulitan tersebut tidak ada kaitannya dengan kemampuan kerja atau interaksinya yang formal. Konflik perseorangan ini disebut Robbins dengan konflik psikologis .
Untuk itulah Robbins kemudian memusatkan perhatian pada sumber konflik organisasi yang bersifat struktural. Sumber-sumber konflik yang dimaksudkan Robbins, yaitu:
a. Saling ketergantungan pekerjaan
b. Ketergantungan pekerjaan satu arah
c. Diferensiasi horizontal yang tinggi
d. Formalisasi yang rendah
e. Ketergantungan pada sumber bersama yang langka
f. Perbedaan dalam kriteria evaluasi dan sistem imbalan
g. Pengambilan keputusan partisipatif
h. Keanekaragaman anggota
i. Ketidaksesuaian status
j. Ketakpuasan peran
k. Distorsi komunikasi



Jenis Konflik

Terdapat berbagai macam jenis konflik, tergantung pada dasar yang digunakan untuk membuat klasifikasi. Ada yang membagi konflik berdasarkan pihak-pihak yang terlibat di dalamnya, ada yang membagi konflik dilihat dari fungsi dan ada juga yang membagi konflik dilihat dari posisi seseorang dalam suatu organisasi.
a. Konflik Dilihat dari Posisi Seseorang dalam Struktur Organisasi
Jenis konflik ini disebut juga konflik intra keorganisasian. Dilihat dari posisi seseorang dalam struktur organisasi, Winardi membagi konflik menjadi empat macam. Keempat jenis konflik tersebut adalah sebagai berikut :
1) Konflik vertikal, yaitu konflik yang terjadi antara karyawan yang memiliki kedudukan yang tidak sama dalam organisasi. Misalnya, antara atasan dan bawahan.
2) Konflik horizontal, yaitu konflik yang terjandi antara mereka yang memiliki kedudukan yang sama atau setingkat dalam organisasi. Misalnya, konflik antar karyawan, atau antar departemen yang setingkat.
3) Konflik garis-staf, yaitu konflik yang terjadi antara karyawan lini yang biasanya memegang posisi komando, dengan pejabat staf yang biasanya berfungsi sebagai penasehat dalam organisasi.
4) Konflik peranan, yaitu konflik yang terjadi karena seseorang mengemban lebih dari satu peran yang saling bertentangan.
b. Konflik Dilihat dari Pihak yang Terlibat di Dalamnya
Berdasarkan pihak-pihak yang terlibat di dalam konflik, Stoner membagi konflik menjadi lima macam , yaitu:
1) Konflik dalam diri individu (conflict within the individual). Konflik ini terjadi jika seseorang harus memilih tujuan yang saling bertentangan, atau karena tuntutan tugas yang melebihi batas kemampuannya. Termasuk dalam konflik individual ini, menurut Altman, adalah frustasi, konflik tujuan dan konflik peranan .
2) Konflik antar-individu (conflict between individuals). Terjadi karena perbedaan kepribadian antara individu yang satu dengan individu yang lain.
3) Konflik antara individu dan kelompok (conflict between individuals and groups). Terjadi jika individu gagal menyesuaikan diri dengan norma-norma kelompok tempat ia bekerja.
4) Konflik antar kelompok dalam organisasi yang sama (conflict among groups in the same organization). Konflik ini terjadi karena masing-masing kelompok memiliki tujuan yang berbeda dan masing-masing berupaya untuk mencapainya.
Masalah ini terjadi karena pada saat kelompok-kelompok makin terikat dengan tujuan atau norma mereka sendiri, mereka makin kompetitif satu sama lain dan berusaha mengacau aktivitas pesaing mereka, dan karenanya hal ini mempengaruhi organisasi secara keseluruhan .
5) Konflik antar organisasi (conflict among organizations). Konflik ini terjadi jika tindakan yang dilakukan oleh organisasi menimbulkan dampak negatif bagi organisasi lainnya. Misalnya, dalam perebutan sumberdaya yang sama.



c. Konflik Dilihat dari Fungsi
Dilihat dari fungsi, Robbins membagi konflik menjadi dua macam, yaitu:
1) konflik fungsional (Functional Conflict)
Konflik fungsional adalah konflik yang mendukung pencapaian tujuan kelompok, dan memperbaiki kinerja kelompok.
2) konflik disfungsional (Dysfunctional Conflict).
Konflik disfungsional adalah konflik yang merintangi pencapaian tujuan kelompok.
Menurut Robbins, batas yang menentukan apakah suatu konflik fungsional atau disfungsional sering tidak tegas (kabur). Suatu konflik mungkin fungsional bagi suatu kelompok, tetapi tidak fungsional bagi kelompok yang lain. Begitu pula, konflik dapat fungsional pada waktu tertentu, tetapi tidak fungsional di waktu yang lain. Kriteria yang membedakan apakah suatu konflik fungsional atau disfungsional adalah dampak konflik tersebut terhadap kinerja kelompok, bukan pada kinerja individu. Jika konflik tersebut dapat meningkatkan kinerja kelompok, walaupun kurang memuaskan bagi individu, maka konflik tersebut dikatakan fungsional. Demikian sebaliknya, jika konflik tersebut hanya memuaskan individu saja, tetapi menurunkan kinerja kelompok maka konflik tersebut disfungsional .

Manajemen Konflik

Upaya penanganan konflik sangat penting dilakukan, hal ini disebabkan karena setiap jenis perubahan dalam suatu organisasi cenderung mendatangkan konflik. Perubahan institusional yang terjadi, baik direncanakan atau tidak, tidak hanya berdampak pada perubahan struktur dan personalia, tetapi juga berdampak pada terciptanya hubungan pribadi dan organisasional yang berpotensi menimbulkan konflik. Di samping itu, jika konflik tidak ditangani secara baik dan tuntas, maka akan mengganggu keseimbangan sumberdaya, dan menegangkan hubungan antara orang-orang yang terlibat.
Untuk itulah diperlukan upaya untuk mengelola konflik secara serius agar keberlangsungan suatu organisasi tidak terganggu. Stoner mengemukakan tiga cara dalam pengelolaan konflik, yaitu:
a. merangsang konflik di dalam unit atau organisasi yang prestasi kerjanya rendah karena tingkat konflik yang terlalu kecil. Termasuk dalam cara ini adalah:
1) minta bantuan orang luar
2) menyimpang dari peraturan (going against the book)
3) menata kembali struktur organisasi
4) menggalakkan kompetisi
5) memilih manajer yang cocok
b. meredakan atau menumpas konflik jika tingkatnya terlalu tinggi atau kontra-produktif
c. menyelesaikan konflik
metode penyelesaian konflik yang disampaikan Stoner adalah:
1) dominasi dan penguasaan, hal ini dilakukan dengan cara paksaan, perlunakan, penghindaran, dan penentuan melalui suara terbanyak.
2) kompromi
3) pemecahan masalah secara menyeluruh
Konflik yang sudah terjadi juga bisa diselesaikan lewat perundingan. Cara ini dilakukan dengan melakukan dialog terus menerus antar kelompok untuk menemukan suatu penyelesaian maksimum yang menguntungkan kedua belah pihak. Melalui perundingan, kepentingan bersama dipenuhi dan ditentukan penyelesaian yang paling memuaskan. Gaya perundingan untuk mengelola konflik dapat dilakukan dengan cara :
a. pencairan, yaitu dengan melakukan dialog untuk mendapat suatu pengertian
b. keterbukaan, pihak-pihak yang terlibat bisa jadi tidak terbuka apalagi jika konflik terjadi dalam hal-hal sensitif dan dalam suasana yang emosional
c. belajar empati, yaitu dengan melihat kondisi dan kecemasan orang lain sehingga didapatkan pengertian baru mengenai orang lain
d. mencari tema bersama, pihak-pihak yang terlibat dapat dibantu dengan cara mencari tujuan-tujuan bersama
e. Menghasilkan alternatif, hal ini dilakukan dengan jalan mencari alternatif untuk menyelesaikan persoalan yang diperselisihkan.
f. Menanggapi berbagai alternatif, setelah ditemukan alternatif-alternatif penyelesaian hendaknya pihak-pihak yang terlibat dalam konflik mempelajari dan memberikan tanggapan
g. Mencari penyelesaian, sejumlah alternatif yang sudah dipelajari secara mendalam dapat diperoleh suatu konsensus untuk menetapkan suatu penyelesaian
h. Membuka jalan buntu, kadangkala ditemukan jalan buntu sehingga pihak ketiga yang obyektif dan berpengalaman dapat diikutsertakan untuk menyelesaikan masalah
i. Mengikat diri kepada penyelesaian di dalam kelompok, setelah dihasilkan penyelesaian yang disepakati, pihak-pihak yang terlibat dapat memperdebatkan dan mempertimbangkan penyelesaian dan mengikatkan diri pada penyelesaian itu
j. Mengikat seluruh kelompok, tahap terakhir dari langkah penyelesaian konflik adalah dengan penerimaan atas suatu penyelesaian dari pihak-pihak yang terlibat konflik.
Model penanganan konflik yang lain juga disampaikan oleh Sondang, yaitu dengan cara tidak menghilangkan konflik, namun dikelola dengan cara :
a. bersaing
b. kolaborasi
c. mengelak
d. akomodatif
e. kompromi
Cara lain juga dikemukakan Theo Riyanto, yaitu dengan secara dini melakukan tindakan yang sifatnya preventif, yaitu dengan cara :
a. menghindari konflik
b. mengaburkan konflik
c. Mengatasi konflik dengan cara:
1). Dengan kekuatan (win lose solution)
2). Dengan perundingan




Konflik dapat terjadi dalam organisasi apapun. Untuk itulah manajer atau pimpinan dalam organisasi harus mampu mengelola konflik yang terdapat dalam organisasi secara baik agar tujuan organisasi dapat tercapai tanpa hambatan-hambatan yang menciptakan terjadinya konflik.
Terdapat banyak cara dalam penanganan suatu konflik. Manajer atau pimpinan harus mampu mendiagnosis sumber konflik serta memilih strategi pengelolaan konflik yang sesuai sehingga diperoleh solusi tepat atas konflik tersebut. Dengan pola pengelolaan konflik yang baik maka akn diperoleh pengalaman dalam menangani berbagai macam konflik yang akan selalu terus terjadi dalam organisasi.




Daftar Pustaka

Altman, Steven, Enzo Valenzi, dan Richard M. Hodgets, Organizational Behavior: Theory and Practice, Florida: Academic Press Inc., 1985.
Blanchard, Ken, dan Paul Hersey, Manajemen Perilaku Organisasi; Pendayagunaan Sumber Daya Manusia, Jakarta: Erlangga, 1986.
Brown, L. Dave, Managing Conflict Among Groups, dalam Organizational Psychology, Herbert A. Simon (ed.), New Jersey: Prentice Hall Inc., 1984.
Filley, Allan C., Robert J. House, dan Steven Kerr, Managerial Process and Organizational Behavior, Illinois: Scot, Foresman and Company, 1976.
Hardjana, Agus M., Konflik di Tempat Kerja, Yogyakarta: Kanisius, 1994.
Kossen, Stan, Aspek Manusiawi dalam Organisasi, Jakarta: Erlangga, 1993
Kreitner, Robert, dan Angelo Kinicki, Organizational Behavior, New York: The McGraw-Hill Companies Inc., 2004.
McShane, Steven L., dan Mary Ann Von Glinow, Organizational Behaviour: Emerging Realities for The Workplace Revolution, New York: The McGraw-Hill Companies Inc., 2005
Pareek, Udai, Perilaku Organisasi; Pedoman ke Arah Pemahaman Proses Komunikasi Antar Pribadi dan Motivasi Kerja, Jakarta: PT. Pustaka Binaman Persindo, 1996, cet. III.
Riyanto, Theo, Martinus Th., Kelompok Kerja yang Efektif, Yogyakarta: Kanisius, 2008.
Robbins, Stephen P., Teori Organisasi; Struktur, Desain dan Aplikasi, Jakarta: Arcan, 1994.
Siagian, Sondang P., Teori Pengembangan Organisasi, Jakarta: Bumi Aksara, 2002, cet. IV.
Stoner, James A.F., Manajemen, Jakarta: Erlangga, 1986.
Winardi J., Manajemen Perubahan, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006, cet. II.
_________, Manajemen Perilaku Organisasi, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2004, Cet. II.
http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=12&cad=rja&uact=8&ved=0CFoQFjAL&url=http%3A%2F%2Fwww.academia.edu%2F4481652%2FManajemen_Konflik_Dalam_Organisasi&ei=l81YVKyUD8K0uASNu4L4AQ&usg=AFQjCNEGg92tdzTiD13ZQbTbj-tndLWltA&sig2=s_3FkVukwbKSPlgsg3sn0Q